1/21/2013

Es Coffemix Pake Cinta.

selamat malam, ay. sudah tidur ya? bagaimana hari ini? kemana saja kamu? sudah makan? sholat? apa saja yang kamu lakukan? aaah betapa aku rindu menjadi pendengar keseharianmu. menjadi seseorang yang bertanya berantai pertanyaan ketika seharian handphone ku mati hingga kau malas menjawabnya. kamu tidak bertanya sedang apa aku?
....aku sedang duduk di sudut kamarku. mencoba memutar kembali setiap detail kenangan antara kita sembari menahan hujan yang jatuh dari sudut mataku dan mendengarkan lagu yang sering kau putar ketika kita berada di jalan, supaya aku menjadi british, ujarmu dengan tawa kecil yang khas itu.

***

siang itu terik matahari mengengat tapi kau masih sudi menjemputku. bahkan mencoba menemukan letak sekolahku karena kau tiba di gedung yang salah.

'buatin minum ay panas banget'
'ya, minum apa?'
'es coffemix pake cinta'
'kamu seminggu ini udah mimik coffemix berapa kali'
'banyak. cepet ah'

kami berbincang tentang apapun di teras rumah hingga menjalar ke masa lalu nya. aku terdiam. aku menahan cemburu mendengarkan setiap untaian kata yang kau lontarkan bak dibawa mesin waktu kembali ke masa itu. betapa ia mampu membuatmu jatuh begitu dalam kepadanya.

'aku minta malaikat juga tahu yang di cover glen itu dong ay'
'apik ya? eh nih ta kasih lagu sedih, di solo yang punya cuma beberapa paling wong ini band Indie' 

"well you're the closest thing I have  
  to bring up in a conversation 
 about a love that didn't last"


***

"but I could never call you mine 
 as I could never call myself yours 
 and if we were really mean to be"

ada yang aneh dengannya. dia terlihat gelisah sembari mengemudikan mobil hitamnya dibawah titik titik hujan yang kami pun belum tau hendak kemana.

'hehehe'
'kamu i kenapa to ay, aneh'
'aku gembredeg kalo malem minggu gini, mbuh kenapa'
'lha terus? udah minggir sik dulu aja'
'iya ta beli coffemix sekalian' 

kami berputar dua kali melewati jalan yang sama dan berhenti di sebuah angkringan. aku menunggunya di mobil.

10 menit kemudian dia kembali.

'pegangin ay' dia menyodorkan se-plastik es coffemix, padahal udara malam itu dingin sekali.
'cerita kek kalo mau cerita, kamu i kenapa'

dia bercerita tentang kebiasaan lucunya itu yang membuatku gemas sekaligus heran.

'mimik' 

sesekali dia memintaku menyodorkan se-plastik es coffemix tadi di jeda ceritanya.

'hehehe pegang tanganku noh aku masih gembredeg'

hahaha manja nya, gemas!

kami berhenti di sebuah tempat makan langganan ibunya.

'kamu sayang aku nggak?'

aku terdiam dalam 3-4 detik dan semua adegan serasa melambat. kurasa jantungku pun sempat berhenti berdetak mendengarkan pertanyaan yang keluar dari mulutnya usai menghisap sebatang rokok setelah kami selesai makan.

'kamu kenapa? ditanyain ko malah bingung. yaudah aku tak bayar dulu'

dia hanya tertawa kecil dan sedikit menoleh kearahku yang masih terdiam. entah saat itu aku hanya tersipu dan rasanya semua kata ku hilang.

'kamu mau ditembak? kalo aku nggak mau nembak piye? aku mau kamu dewasa nggak perlu aku nembak kamu wong aku udah bilang kemaren aku punyamu, aku aturen, itu nggak bercanda. aku nyaman sama kamu, kamu juga nyaman yaudah jalanin. terus dengan aku nggak nembak aku bakal ninggal kamu gitu aja dan bilang kita kan nggak pacaran gitu? kalo udah gede tu mikir berulang kali buat nyakitin cewek'

aku masih terdiam. kemudian dia terus bercerita tentang hubungannya di masa lalu dan bagaimana aku masuk di kehidupannya sambil sesekali melihat ke arahku.


aku masih terdiam. dia mengusap kepalaku.

'jangan sedih, mesti mbatin aaah jahat nggak mau nembak tapi kamu seneng kan karena aku nyaman'

aku hanya berkata dalam hati. aku belum bisa mengartikan kau dan rasa ini, mas. masih terlalu abu abu. tapi aku merasakan sesuatu saat itu. percayalah.

***

"well then we justify destiny
  its not that our love died
  just never really bloomed" 
semua berjalan seperti seharusnya. mengalir seperti air. tapi tetap masih abu abu. yang jelas rasa takut akan kehilanganmu mulai menghantuiku.

sepuluh dua belas dua belas.
aku masih mengingat semua detail yang terjadi sore itu. senyum itu. tawa itu. peluk itu. cium itu dan janji itu.
kau bahkan mungkin tak mengingatnya. kau tahu ...itu adalah seperempat hari terakhir yang aku habiskan denganmu dan merupakan yang terindah, bukan?

'aku tak pulang sik'
'mau kemana to?'
'ya nggak kemana mana i, dirumah, tidur'
'lhooo jangan pulang'
'hehe lha ngopo'

aku sedikit merengek memintanya agar tidak pulang. dia yang sudah berdiri pun terduduk lagi.

'mau ngomong apa, ngomong o. diem tok ntar nek aku udah sampe rumah baru bbm panjang, maaf ya ay lha tadi aku anu og... haha udah ngomong'
'yaudah pulang gih sana nggak papa, tapi peluk sik'

dia membuka tangannya menyambutku. aku memeluknya erat. tapi ada yang aneh, dia tidak membalas pelukku. hingga kuberanikan diri untuk meyampaikan bahwa aku masih ingin bersamanya.

'aku moh mbo tinggal ay'
'sing meh ninggal i sopo to'

dia belum menyambut pelukku hingga akhirnya dia bermain dengan rambutku, memilinnya. aku melepas pelukan itu dan kami duduk terdiam tanpa sepatah kata pun. semuanya terasa canggung hingga dia menjelaskan semuanya.

dia hendak pulang (lagi) dan aku mencoba menahannya (lagi) dengan menyembunyikan kunci motornya.
dia pun berusaha mengambilnya hingga kami berada diposisi ternyaman karena dia memelukku dari belakang. lamaaa sekali. betapa aku menyayangimu hari itu.

***

"I can't let go
  no I can't let go of you
  you holding me back without even trying to
  I can't let go, I can't move on from the past 
  without lifting a finger you holding me back"
dan.... akhirnya aku harus mengakui bahwa aku benar telah menyayangimu.
'ya udah' semenjak dua kata yang kau kirim itu aku seperti kehilangan semuanya. memang terdengar berlebihan, tapi benar aku telah jatuh terlalu dalam.


entah dari sisi mana aku melihatmu hingga aku terjatuh sedalam ini.
aku hanya takut tak bisa lagi merengkuh peluk hangat dibawah hujanmu itu.
atau meraih jemarimu yang 2cm lebih panjang dari kepunyaanku.
atau mungkin mencium bau parfum mu yang selalu tertinggal usai kita bertemu.
atau bahkan bermain korek api disampingmu hingga kau menyembunyikannya.
yang jelas, kau berbeda.

bahkan entah sudah berapa kali aku memerintahkan untuk melupakanmu pada diriku sendiri.
bukan melupakan, hanya menyimpan rapi semua kenangan itu di sudut lemari ingatanku dan menguncinya.
tapi aku sendiri pun tak mampu menahan diri untuk tidak membukanya.
aku gemar membuat luka dengan mendengarkan voice note mu, membaca ulang semua sms dan bahkan chat history kita atau sederhana dengan mengingat semuanya. aku menikmatinya walau kadang bulir air itu tak tertahan. aku belajar banyak darimu. tentang kesungguhan menyayangi. terimakasih, mas. :)

***

aku tidak sedang galau. aku hanya mengenang seseorang yang dulu pernah sangat aku cintai (hingga kini). aku sedang mengenang sepenggal babak dalam kisah perjalanan cintaku. mengenang dengan perasaan berbeda. -- dennyed

***

mari bertaruh luka di meja ini dan lihat siapa yang menang. sebab bayangan masa depan terlalu buram sementara masa lalu di matamu begitu terang. tak ada peluk yang cukup hangat untuk meredakan amarahku dan tak ada cium yang begitu erat untuk mengikatmu.sementara masih terlampau jauh untuk sebuah genggam. sementara masih terlampau jauh untuk sebuah cinta. sementara masih terlampau jauh untuk sebuah rindu.sementara sudah terlampau lukauntuk menyebut kita. -- bernard batubara

 ***

xo!

No comments:

Post a Comment